Teknik mengejan yang benar adalah cara
yang dilakukan ibu untuk melahirkan bayinya dengan memanfaatkan tenaga / kekuatan ibu (Rohani, 2010). Mengejan
adalah mengadakan tekanan di dalam tubuh bagian bawah untuk mendorong bayi
keluar (Indrawan, 2003).
2. Faktor
yang mempengaruhi teknik mengejan yang benar
Menurut
Rohani (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi teknik mengejan yang benar
diantaranya :
a. Posisi
melahirkan
b. Latihan
teknik pernafasan (Psikopropilaksis)
c. Menahan
hasrat untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap dan tidak ada his
d. Bersikap
rileks.
3. Cara
Mengejan
Bila tanda pasti kala II telah
diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Adapun cara mengejan
saat proses pengeluaran bayi menurut JNPK-KR (2008), yaitu :
a. Mengejan
mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi
b. Tidak
menahan napas saat meneran.
c. Berhenti
meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
d. Jika
ibu berbaring miring atau setengah duduk, akan lebih mudah untuk meneran
e. lutut
ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada
f. Tidak
mengangkat bokong saat meneran.
Sedangkan menurut Rohani (2011), cara
mengejan yang benar saat persalinan yaitu :
a. Anjurkan
ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
b. Beritahu
ibu untuk tidak menahan nafas saat mengejan.
c. Minta
ibu untuk berhenti mengejan dan beristirahat diantara kontraksi.
d. Jika
ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk meneran
apabila lutut ditarik kearah dada dan dagu ditempelkan didada.
e. Minta
ibu untuk tidak mengangkat bokong ketika mengejan.
f. Bidan
tidak diperbolehkan melakukan pendorongan pada fundus karena akan meningkatkan
kejadian distosia bahu.
Menurut Prawirohardjo (2010), cara
mengejan yang benar saat persalinan yaitu :
a. Anjurkan
ibu mengejan jika pembukaan sudah lengkap.
b. Membimbin
ibu untuk mengejan saat ibu mempunyai keinginan untuk mengejan.
c. Mendukung
dan memberi semangat atas usaha ibu
untuk mengejan.
d. Membantu
ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
e. Menganjurkan
ibu untuk mulai mengejan pada puncak kontraksi – kontraksi dan beristirahat
diantara kontraksi.
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2005),
ada 2 cara mengejan saat persalinan yaitu :
a. Wanita
tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku,
kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat
perutnya.
b. Sikap
seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung
pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda
diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan
bila putaran paksi dalam belum sempurna.
4. Posisi
saat mengejan
Posisi
pada saat mengejan tergantung pada keinginan ibu dalam memilih posisi yang
paling nyaman dirasakan ibu, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling
nyaman. Ibu dapat mengubah - ubah posisi secara teratur selama kala II karena
hal ini dapat membantu kamajuan persalinan, mencari posisi mengejan yang paling
efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik. Ibu dapat melahirkan
bayinya pada posisi apapun (Hidayat, 2010).
Ada
beberapa posisi mengejan saat persalinan menurut Sulistyawati (2010),
diantaranya yaitu :
a. Posisi
berbaring atau litotomi
Ibu terlentang di
tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi
khusus untuk bersalin. Kelebihan
dan kelemahan posisi berbaring atau litotomi yaitu :
1) Kelebihan
Penolong lebih leluasa membentuk
proses persalinan, jalan lahir pun menghadap ke depan sehingga penolong lebih
mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinan bisa diprediksi
secara akurat, kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan sehingga jika
terjadi perubahan posisi kepala bayi maka penolong langsung bisa mengarahkan
pada posisi yang seharusnya.
2) Kelemahan
Posisi berbaring membuat ibu sulit
untuk meneran. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu berada dibawah dan sejajar
dengan posisi bayi. Posisi ini diduga bisa mengakibatkan perineum meregang.
Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari ibu ke janin melalui plasenta jadi relatif berkurang. Hal ini
karena letak pembuluh darah besar berada dibawah posisi bayi dan tertekan oleh
massa/berat badan bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi
dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu. Menarik otot-otot perut
yang membawa darah kepada bayi dan ibunya sehingga proses kelahiran akan
menjadi lambat.
b. Posisi
miring atau lateral
Ibu berbaring miring ke kiri atau
kekanan dengan salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan
lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Kelebihan
dan kelemahan posisi lateral yaitu :
1) Kelebihan
Peredaran darah balik ibu bisa
mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui
plasenta tidak terganggu. Proses pembukaan akan berlangsung secara
perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. Posisi berbaring
miring kekiri memberikan kemudahan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi
jika ibu mengalami kelelahan, mengurangi resiko terjadinya laserasi
perineum.
2) Kelemahan
Posisi miring ini menyulitkan
penolong untuk membantu proses persalinan karena letak kepala bayi susah dimonitor,
dipegang, maupun diarahkan. Penolong persalinan mengalami kesulitan saat
melakukan tindakan episiotomi.
c. Posisi
jongkok
Posisi berjongkok biasanya di atas
bantala empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi.
Kelebihan
dan kekurangan dari posisi berjongkok yaitu :
1) Kelebihan
Merupakan posisi melahirkan yang
alami, karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu
kuat meneran. Mengurangi rasa nyeri yang habat saat persalinan. Membantu
perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi oksiput anterior
dan mengurangi nyeri punggung.
2) Kelemahan
Berpeluang membuat cedera kepala
bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan
pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan, seperti episiotomi.
d.
Posisi setengah duduk
Pada posisi ini, ibu duduk dengan
punggung bersandar di bantal, kaki di tekuk, dan paha dibuka kearah samping. Posisi ini
cukup membuat ibu nyaman.
Kelebihan
dan kekurangan posisi setengah duduk yaitu :
1) Kelebihan
Sumbu jalan lahir yang ditempuh janin
untuk bisa keluar menjadi lebih pendek. Apalagi jika proses persalinan tersebut
berlangsung lama. Posisi ini sering kali nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat
dengan mudah diantara kontraksi. Memudahkan penolong melahirkan kepala bayi.
2) Kelemahan
Posisi
ini dapat menimbulkan keluhan punggung ibu pegal.
5.Hal - hal
yang perlu diperhatikan saat mengejan
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengejan menurut Susanti (2010), yaitu :
a. Menunggu
waktu yang tepat yaitu mengejan pada pembukaan lengkap. Mengejan sebelum
pembukaan lengkap dapat memicu pembengkakan atau edema pada mulut rahim
b. Menyimpan
tenaga pada saat pembukaan 10
c. Mengatur
nafas untuk persiapan mengejan, hirup sebanyak-banyaknya udara agar dapat
mengejan dalam waktu lama.
d. Jika
dirasa kontraksi/mules sudah cukup kuat, maka barulah mengejan
e. Pikiran
harus rileks. Jangan tegang atau panik karena akan sulit berkonsentrasi dan
membuat sulit mengejan sehingga merasa proses persalinan terasa sangat sakit
f. Arah
mengejan harus benar yaitu ke arah dubur
seperti saat buang air besar, karena di sana tempat otot-otot panggul yang
berfungsi untuk mendorong.
g. Mata
tidak boleh terpejam karena untuk melihat dan mengontrol apa yang harus
dilakukan juga agar pembuluh darah disekitar mata tidak pecah. Usahakan selalu
melihat keperut.
h. Bila
mengejan di leher dan bukan di perut, maka pembuluh darah kecil dimata dapat
pecah. Mata akan tampak merah setelah persalinan, bahkan terkadang disertai
kebutaan sementara.
i.
Jangan mengangkat
bokong saat mengejan karena dapat merobek vagina dan membuat proses mengejan
tidak maksimal.
6. Akibat dari
teknik mengejan yang salah.
Akibatnya dapat menyebabkan
persalinan lama, pembuluh mata dapat pecah disertai kebutuhan sementara, jika
terjadi persalinan lama akan menibulkan keletihan maternal, oedem, infeksi,
perdarahan atonia uteri, ruptur uteri iminen, sampai rupture uteri, distrees
janin dan kematian ibu dan janin (Rachman, 2006)
F 7. Faktor
– faktor yang mempengaruhi teknik mengejan yang salah
Ada banyak hal yang
berpengaruh terhadap kemampuan seorang ibu untuk mengejan, antara lain usia
yang sudah lebih dari 35 tahun, keadaan kesehatan ibu yang kurang optimal,
misalnya kurang gisi selama hamil, ibu hamil yang sering melahirkan dengan
jarak yang terlalu dekat, rasa ketakutan dan trauma mental pada saat
proses peralinan yang lalu, sehingga pada saat mengejan tiba-tiba ibu panik,
ibu yang kelelahan selama melalui tahap demi tahap proses persalinan dan
sebagainya (Rohani, 2011).DAFTAR PUSTAKA
Indrawan, WS. 2003. Kamus
Bahasa Indonesia. Jombang : Lintas Media
JNPK-KR.
2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta :
JNPK
Prawiroharjo, S. 2005. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Rohani,
dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada Masa
Persalinan. Jakarta : Salemba Medika
Susanti, Ni Nengah. 2009. Asuhan Keperawatan Ibu Intranatal : Buku Saku Praktik. Jakarta :
EGC.
0 comments:
Post a Comment